MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MANUSIA PADA SETIAP PERIODISASI PERKEMBANGAN MANUSIA DARI
PRENATAL SAMPAI LANJUT USIA DENGAN PENEKANAN PADA MASA REMAJA SERTA
IMPLIKASINYAPADA PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU
: FERINALDI, S.Pd,.M.Pd
DISUSUN
OLEH:
AYU ANGGRAINI/18020411002
ECI NODAR MATA/18020411005
ENDAH ASTAGINI.O/18020411007
AYU ANGGRAINI/18020411002
ECI NODAR MATA/18020411005
ENDAH ASTAGINI.O/18020411007
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN
PENDIDIKAN MERANGIN BANGKO
TAHUN
AKEDEMIK 2019/2020
DAFTAR ISI
COVER
............................................................................................................ 1
DAFTAR
ISI .................................................................................................... 2
PEMBAHASAN
A. Periodisasi
Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia.......................... 3
1. Neonatus
(lahir-28 hari)..................................................................... 8
2. Bayi
(1bulan – 1 tahun)...................................................................... 8
3. Todler
(1-3 tahun)............................................................................... 8
4. Pra
sekolah (3-6 tahun)....................................................................... 9
5. Usia
sekolah (6-12 tahun................................................................... 10
6. Remaja
(12-18/20 tahun)................................................................... 10
7. Dewasa
Muda (20-40 tahun)............................................................. 11
8. Dewasa
Menengah (40-65 tahun)..................................................... 12
9. Dewasa
Tua....................................................................................... 12
B. Implikasi Perkembangan
Kepribadian Pada Remaja dalam Pendidikan 13
1. Faktor
intelektual terhadap penyelenggaraan pendidikan................. 14
2. Faktor
fisik terhadap penyelenggaraan pendidikan........................... 15
3. Faktor
Emosional terhadap penyelenggaraan pendidikan................. 15
4. Faktor
social-kultural terhadap penyelenggaraan pendidikan........... 16
5. Faktor
Bakat Khusus terhadap penyelenggaraan pendidikan............ 16
6. Faktor
komunikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan............... 17
PENUTUP
A. KESIMPULAN..................................................................................... 19
B. DAFTRAR PUSTAKA......................................................................... 20
PEMBAHASAN
A.
PERIODISASI PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN MANUSIA
Pembagian
masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh Harvey A.
Tilker, PhD dalam “Developmental Psycology to day”(1975) dan Elizabeth B.
Hurlock dalam “Developmental Psycology”(1980) tampak sudah lengkap mencakup
sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang
berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya sebagai
berikut:
1.
Masa Sebelum
lahir (Prenatal Period)
Masa ini berlangsung sejak
terjadinya konsepsi atau pertemuan sel bapak-ibu sampai lahir kira-kira 9 bulan
10 hari atau 280 hari. Masa sebelum lahir ini terbagi
dalam 3 priode; yaitu:
a)
Periode telur/zygote, yang
berlangsung sejak pembuahan sampai akhir minggu kedua.
b)
Periode Embrio, dari akhir minggu
kedua sampai akhir bulan kedua.
c)
Periode
Janin(fetus), dari akhir bulan kedua sampai bayi lahir.
2.
Masa Bayi Baru Lahir (New Born).
Masa ini dimulai dari sejak bayi lahir sampai bayi
berumur kira-kira 10 atau 15 hari. Dalam perkembangan manusia masa ini
merupakan fase pemberhentian (Plateau stage) artinya masa tidak terjadi
pertumbuhan/perkembangan.Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini
ialah:
a)
Periode ini
merupakan masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh periode perkembangan.
b)
Periode ini merupakan saat penyesuaian diri
untuk kelangsungan hidup/ perkembangan janin.
c)
Periode ini
ditandai dengan terhentinya perkembangan.
d)
Di akhir periode ini bila si bayi selamat maka
merupakan awal perkembangan lebih lanjut.
3.
Masa Bayi
(Babyhood)
Masa ini dimulai dari umur 2
minggu sampai umur 2 tahun. Masa bayi ini dianggap sebagai periode kritis dalam
perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar untuk
kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 24 bulan, namun tidak
ada batasan yang pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi
juga rentan terhadap kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian
neonatal (kematian di 27 hari pertama hidup), dan post-neonatal (setelah 27
hari).
4.
Balita
Bawah Lima Tahun atau sering
disingkat sebagai Balita merupakan salah satu periode usia manusia
setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua
sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu
usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
5.
Masa Kanak-kanak Awal (Early
Chilhood)
Awal masa kanak-kanak berlangsung
dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada
masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan
bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri
pada waktu masuk kelas 1 SD.
6.
Masa Kanak-kanak Akhir (Later Chilhood).
Akhir masa kanak-kanak atau masa anak sekolah
ini berlangsung dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Selanjutnya Kohnstam
menamakan masa kanak-kanak akhir atau masa anak sekolah ini dengan masa
intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan pendidikan di
sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun Erikson
menekankan masa ini sebagai masa timbulnya “sense of accomplishment” di mana
anak-anak pada masa ini merasa siap untuk enerima tuntutan yang dapat timbul
dari orang lain dan melaksanakan/menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah kiranya yang menjadikan anak-anak masa ini memasuki masa
keserasian untuk bersekolah.
7.
Masa Puber
(Puberty)
Masa Puber merupakan periode yang tumpang
tindih Karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal
masa remaja. Yaitu umur 11, atau 12 sampai umur 15 atau 16.
Kriteria yang sering digunakan untuk menentukan
permulaan masa puber adalah haid yang pertama kali pada anak perempuan dan
basah malam pada anak laki-laki.
Ada beberapa perubahan tubuh yang utama pada masa
puber, yaitu:
a)
Perubahan besarnya tubuh.
b)
Perubahan proporsi tubuh.
8.
Masa Dewasa Awal (Early
Adulthood)
Masa dewasa adalah periode yang paling
penting dalam masa khidupan, masa ini dibagi dalam 3 periode yaitu: Masa dewasa
awal dari umur 21 sampai umur 40. Masa dewasa pertengahan, dari umur 40 sampai
umur 60. dan masa akhir atau usia lanjut, dari umur 60 sampai mati.
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan
dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan
nilai-nilai, kreativitas san penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
9.
Masa Dewasa madya ( Middle
Adulthood).
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat
puluh sampai umur enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan
sosial pada masa ini antara lain:
a.
Masa dewasa madya merupakan
periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia.
b.
Masa dewasa madya merupakan masa
transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku
masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri
jasmani dan prilaku yang baru.
c.
Masa dewasa
madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang
akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
d.
Pada masa
dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa
sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini
dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
10.
Masa Usia Lanjut ( Later
Adulthood).
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang
hidup seseorang. Masa ini dimulai dri umur enam puluh tahun sampai mati, yang
di tandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang
semakin menurun.
Beberapa
pendapat mengenai periodisasi Pertumbuhan dan perkembangan manusia :
1.
MENURUT ELIZABETH
B. HURLOCK
a)
Prenatal : Saat konsepsi sampai lahir
b)
Masa Neonatus : lahir sampai akhir minggu
kedua setelah lahir
c)
Masa Bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir
tahun kedua
d) Masa
kanak-kanak awal : 2 tahun sampai 6 tahun
e)
Masa kanak-kanak akhir : 6 sampai 10/11 tahun
f)
Pubertas : 10/12 sampai 13/14 tahun
g)
Masa Remaja Awal : 13/14 – 17 tahun
h)
Masa Remaja Akhir : 17 – 21 tahun
i)
Masa Dewasa Awal : 21 – 40 Tahun
j)
Masa Setengah Baya : 40 – 60 tahun
k)
Masa Tua : 60 meninggal dunia
2.
MENURUT ORGANISASI
KESEHATAN DUNIA
Lanjut usia meliputi:
1)
Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok
usia 45 sampai 59 tahun.
2)
Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74
tahun
3)
Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90
tahun
4)
Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun
3.
MENURUT
Prof. Dr. Ny. SUMIATI AHMAD MOHAMMAD
Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai
berikut:
a. tahun
= masa bayi
b. 1-6
tahun = masa prasekolah
c. 6-10
tahun = masa sekolah
d. 10-20
tahun = masa pubertas
e. 40-65
tahun = masa setengah umur (prasenium)
f. 65
tahun keatas = masa lanjut usia ( senium)
4.
MENURUT
Dra. Ny. JOS MASDANI (psikolog UI)
Lanjut
usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi
empat bagian :
a) Fase
iuventus, antara 25 sampai 40 tahun
b) Fase
vertilitas, antara 40 sampai 50 tahun
c) Fase
prasenium, antara 55 sampai 65 tahun
d) Fase
senium, 65 tahun hingga tutup usia
5.
MENURUT Prof. Dr.
KOESMANTO SETYONEGORO
Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut;
1) Usia
dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 29-25 tahun.
2) Usia
dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun
3) Lanjut
usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun
4) 70-75
tahun (yaoung old)
5) 75-80
tahun (old)
6) Lebih
dari 80 (very old)
6.
MENURUT Ns. Anisah Ardiana, S.Kep
1. Neonatus (lahir – 28 hari)
Pada tahap ini,
perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan.
Implikasi keperawatan : membantu orang tua untuk
mengidentifikasi dan menemukan kebutuhan yang tidak ditemukan.
2. Bayi (1 bulan – 1 tahun)
a. Bayi usia 1-3 bulan :mengangkat kepala, mengikuti obyek
dengan mata, melihat dengan tersenyum, bereaksi terhadap suara atau bunyi, mengenal ibunya
dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, menahan
barang yang dipegangnya, mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
b. Bayi usia 3-6 bulan : mengangkat
kepala sampai 90°, mengangkat dada dengan bertopang tangan, belajar meraih
benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar jangkauannya, menaruh
benda-benda di mulutnya,berusaha memperluas lapang pandang, tertawa dan
menjerit karena gembira bila diajak bermain, mulai
berusaha mencari benda-benda yang hilang.
c. Bayi 6-9 bulan : duduk tanpa dibantu, tengkurap dan
berbalik sendiri, merangkak meraih benda atau mendekati seseorang, memindahkan
benda dari satu tangan ke tangan yang lain, memegang benda kecil dengan ibu
jari dan jari telunjuk, bergembira dengan melempar
benda-benda, mengeluarkan kata-kata tanpa arti, mengenal muka anggota keluarga
dan takut pada orang lain, mulai berpartisipasi dalam permainan
tepuk tangan.
d. Bayi 9-12 bulan : berdiri sendiri tanpa dibantu, berjalan
dengan dituntun, menirukan suara, mengulang bunyi yang didengarnya, belajar
menyatakan satu atau dua kata, mengerti perintah sederhana atau
larangan, minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin
menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya, berpartisipasi dalam
permainan
Implikasi keperawatan : mengontrol lingkungan sekitar
bayi sehingga kebutuhan perkembangan fisik dan psikologis bayi dapat terpenuhi.
3. Todler (1-3 tahun): peningkatan
kemampuan psikososial dan perkembangan motoric
a) Anak usia 12-18 bulan : mulai mampu
berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah, menyusun 2 atau 3
kotak, dapat mengatakan 5-10 kata, memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing.
b) Anak usia 18-24 bulan : mampu naik
turun tangga, menyusun 6 kotak, menunjuk mata dan hidungnya, menyusun dua kata,
belajar makan sendiri, menggambar garis di kertas atau pasir, mulai
belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil, menaruh minat
kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar, memperlihatkan minat
kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka.
c) Anak usia 2-3 tahun : anak belajar
meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki, membuat
jembatan dengan 3 kotak, mampu menyusun kalimat, mempergunakan kata-kata saya, Bertanya,
mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya, menggambar lingkaran, bermain
dengan anak lain, menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya.
Implikasi keperawatan : keamanan sangat penting. Strategi
untuk mencegah risiko keselamatan harus dilakukan secara seimbang agar
perkembangan anak tetap optimal.
4. Pra sekolah (3-6 tahun)
Dunia pre
sekolah berkembang. Selama bermain, anak mencoba pengalaman baru dan peran sosial.
Pertumbuhan fisik lebih lambat.
1) Anak usia 3-4 tahun: berjalan-jalan
sendiri mengunjungi tetangga, berjalan pada jari kaki, belajar
berpakaian dan membuka pakaian sendiri, menggambar
garis silang, menggambar orang (hanya kepala dan badan), mengenal 2 atau
3 warna, bicara dengan baik, bertanya bagaimana anak dilahirkan, mendengarkan
cerita-cerita, bermain dengan anak lain, menunjukkan rasa sayang kepada
saudara-saudaranya dan dapat melaksanakan tugas-tugas
sederhana.
2) Anak usia 4-5 tahun : mampu
melompat dan menari, menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan, dapat
menghitung jari-jarinya, mendengar dan mengulang hal-hal penting
dan cerita, minat kepada kata baru dan artinya, memprotes bila dilarang apa
yang diinginkannya, membedakan besar dan kecil dan menaruh minat
kepada aktivitas orang dewasa.
3) Anak usia 6 tahun: ketangkasan
meningkat, melompat tali, bermain sepeda, menguraikan objek-objek dengan gambar,
mengetahui kanan dan kiri, memperlihatkan tempertantrum, mungkin
menentang dan tidak sopan.
5. Usia sekolah (6-12 tahun)
Kelompok teman
sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan sosial
meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
a.
Anak usia 6-7
tahun : membaca seperti mesin, mengulangi tiga
angka mengurut ke belakang, membaca waktu untuk seperempat jam, anak
wanita bermain dengan wanita, anak laki-laki bermain dengan laki-laki,
cemas terhadap kegagalan, kadang malu atau sedih, peningkatan minat pada
bidang spiritual.
b.
Anak usia
8-9 tahun: kecepatan dan kehalusan aktivitas
motorik meningkat, menggunakan alat-alat seperti palu, peralatan rumah
tangga, ketrampilan lebih individual, ingin terlibat dalam segala sesuatu, menyukai
kelompok dan mode, mencari teman secara aktif.
c.
Anak usia
10-12 tahun: pertambahan tinggi badan lambat, pertambahan
berat badan cepat, perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin
tampak, mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur
pakaian sendiri, memasak, menggergaji, mengecat, menggambar,
senang menulis surat atau catatan tertentu, membaca untuk
kesenangan atau tujuan tertentu, teman sebaya dan orang tua penting, mulai
tertarik dengan lawan jenis, sangat tertarik pada bacaan, ilmu
pengetahuan.
Implikasi keperawatan : memberikan waktu dan energi agar
anak dapat mengejar hoby dan aktivitas sekolah. Mengakui dan mendukung prestasi
anak.
6. Remaja (12-18/20 tahun)
1)
Konsep diri berubah sesuai dengan
perkembangan biologi
2)
Mencoba nilai-nilai yang berlaku
3)
Pertambahan maksimum pada tinggi,berat
badan
4)
Stres meningkat terutama saat terjadi
konflik
5)
Anak wanita mulai mendapat haid,
tampak lebih gemuk
6)
Berbicara lama di telepon, suasana
hati berubah-ubah (emosi labil), kesukaan seksual mulai terlihat
7)
menyesuaikan diri dengan standar kelompok
8)
anak laki-laki lebih menyukai
olahraga, anak wanita suka bicara tentang pakaian, make-up
9)
hubungan anak-orang tua mencapai
titik terendah, mulai melepaskan diri dari orang tua
10) takut
ditolak oleh teman sebaya.
Akhir masa remaja :
a. mencapai
maturitas fisiK
b. mengejar karir,
identitas seksual terbentuk
c. lebih nyaman
dengan diri sendiri
d. kelompok sebaya
kurang begitu penting
e. emosi lebih
terkontrol
f. membentuk hubungan
yang menetap
Implikasi keperawatan: bantu remaja untuk mengembangkan
kemampuan strategi mengatasi konflik.
7. Dewasa muda (20-40 tahun)
1)
Gaya hidup personal berkembang.
2)
Membina hubungan dengan orang lain
3)
ada komitmen dan kompetensi
4)
membuat keputusan tentang karir,
pernikahan dan peran sebagai orang tua
5)
Individu berusaha mencapai dan
menguasai dunia, kebiasaan berpikir rasional meningkat
6)
pengalaman pendidikan, pengalaman
hidup dan kesempatan dalam pekerjaan meningkat.
Implikasi keperawatan : menerima gaya hidup yang mereka
pilih, membantu dalam penyesuaian diri, menerima komitmen dan kompetensi mereka,
dukung perubahan yang penting untuk kesehatan
8.
Dewasa menengah (40-65 tahun)
a) Gaya hidup
mulai berubah karena perubahan-perubahan yang lain, seperti anak meninggalkan
rumah
b) anak-anaknya
telah tumbuh dewasa dan mulai meninggalkan rumah
c) dapat
terjadi perubahan fisik seperti muncul rambut uban, garis lipatan pada muka,
dan lain-lain
d)
waktu untuk bersama lebih banyak.
Implikasi keperawatan: bantu individu membuat perencanaan
sebagai antisipasi terhadap perubahan hidup, untuk menerima faktor-faktor
risiko yang berhubungan dengan kesehatan dan fokuskan perhatian individu pada
kekuatan, bukan pada kelemahan.
9. Dewasa tua
a. Young-old (tua-muda)
65-74 tahun : beradaptasi dengan masa pensiun
(penurunan penghasilan), beradaptasi dengan perubahan fisik, dapat berkembang
penyakit kronik.
Implikasi
keperawatan: bantu individu untuk menjaga aktivitas fisik dan sosialnya,
mempertahankan interaksi dengan kelompok sebayanya.
b. Middle-old (tua-menengah)
75-84 tahun :
diperlukan adaptasi terhadap penurunan kecepatan dalam pergerakan, kemampuan
sensori dan peningkatan ketergantungan terhadap orang lain.
Implikasi
keperawatan: bantu individu untuk menghadapi kehilangan (pendengaran,
penglihatan, kematian orang tercinta).
c. Old-old (tua-tua)
85 tahun keatas
: terjadi peningkatan gangguan kesehatan fisik.
Implikasi
keperawatan : bantu individu dalam perawatan diri dan mempertahankan kemampuan
mandirinya jika memungkinkan.
B.
IMPLIKASI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
PADA REMAJA DALAM PENDIDIKAN
Kenyataan psikologi yang selalu
dipegang oleh Kurt Lewin ialah bahwa pribadi itu selalu ada dalam
lingkungannya, pribadi tak dapat dipikirkan lepas dari lingkungannya. Oleh karena
itu, implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan pun tidak
dapat terlepas dari lingkungan remaja tersebut. Dimulai dari lingkungan
keluarga sampai lingkungan masyarakat sangat memberikan andil besar dalam
implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan. Jadi, apabila
dalam kenyataannya terdapat ketidak selarasan dalam perkembangan kepribadian
remaja yang akhirnya menjadi suatu permasalahan lingkungan pun memberikan
pengaruhnya pada saat itu.
Conger (dalam Abin, 1975: 11)
menegaskan bahwa pemahaman dan pemecahan masalah yang timbul pada masa remaja
harus dilakukan secara interdisipliner dan antar lembaga. Meskipun demikian,
pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang
paling efektif dan strategis, karena bagi sebagian besar remaja bersekolah
dengan para pendidik, khususnya para guru, banyak mempunyai kesempatan
berkomunikasi dan bergaul.
Diantara usaha-usaha pembinaan yang
perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya
permasalahan yang timbul pada masa remaja, dalam rangka kegiatan pendidikan
yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan para guru khususnya:
1. Hendaknya seorang guru mengadakan
program dan perlakuan layanan khusus bagi siswa remaja pria dan siswa remaja
wanita (misalnya dalam pelajaran anatomi, fisi-ologi dan pendidikan olahraga)
yang diberikan pula oleh para guru yang dapat me-nyelenggarakan penjelasannya
dengan penuh dignity. Tujuan dari usaha tersebut ada-lah untuk memahami dan
mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan
fisik dan psikomotorik remaja.
2. Memperhitungkan segala aspek
selengkap mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang menyangkut
kemampuan dasar intelektual (IQ), bakat khusus (aptitudes), disamping aspirasi
atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersang-kutan. Terutama pada masa
penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi. Upaya tersebut bertujuan
untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian
dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.
3. Seharusnya seorang guru bisa
mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah dengan sekolah (parent teacher
association) untuk saling mendekatkan dan menyela-raskan system nilai yang
dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan
perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya. Tujuannya adalah untuk
memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan
perkembangan perilaku social, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan
keagamaan.
4. Seorang guru atau pendidik untuk
memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan
perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan kepribadian, seyogyanya seorang
guru memberikan tugas-tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar
menimbang, memilih dan mengambil ke-putusan /tindakan yang tepat akan sangat
menunjang bagi pembinaan kepribadiannya.
Berikut ini beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan kepribadian remaja:
1.
Faktor Intelektual Terhadap Penyelengaraan Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran yang penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan kondisi lingkungan yang memungkinkan berkembanganya kemampuan intelektual tersebut.
Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kondisi yaitu keamanan psikologis dan kebebasan psikologis.
Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila:
a) Pendidik dapat menerima peserta
didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala kekuatan dan
kelemahannnya serta memberi kepercayaan padanya
bahwa ia baik dan mampu.
b) Pendidik mengusahakan suasana dimana
peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang lain.
c) Pendidik memberi pengertian dalam
arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat
menempatkan diri dalam situasi anak, dan
melihat dari sudut pandang anak.
Teori Pieget mengenai perkembangan kognitif, sangat erat dan penting
hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukkkan bahwa aktivitas adalah sebagai
unsur pokok dalam perkembangan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif
cenderung untuk perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif
dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang
minim terhadap perkembangan kognitif, termasuk didalamnya perkembangan
intelektual. Model pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu
sampai peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolah yang mengatur lingkungan
belajar sedemikian rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada
peserta didik untuk berinteraksi dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk
belajar tersebut. Proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu
membawa peserta didik untuk maju ke tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik
hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak berada di
tanganya. Beberapa cara yg dapat dilakukan antara lain :
1.
Menciptakan interksi atau hubungan yang akrab dengan
peserta didik.
2.
Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog
dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam bidang ilmu pengetahuan
akan sangat menunjang perkembangan intelektual anak.
3.
Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik
baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup sangat
penting untuk mengembangkan pola piker anak.
4.
Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik baik
melalui cetak dan yang lainnya.
2.
Faktor Fisik Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik
Tetap sehat adanya jam olahraga bagi peserta didik di luar jam pelajaran.
Misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler
kelompok olahraga, bela diri dan sejenisnya.
3.
Faktor Emosional terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Perkembangan emosi peserta didik sangat
erat kaitannya dengan faktor-faktor diantaranya perubahan jasmani, perubahan
dalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dengan
teman-teman, perubahan pandangan luar (dunia luar) dan perubahan dalam
hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu, perbedaan individual dalam
perkembangan emosi sangat di mungkinkan terjadi, bahkan di ramalkan pasti dapat
terjadi.
Dalam rangka menghadapi luapan emosi
remaja, sebaiknya di tangani dengan sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan
pendidik harus bersikap tenang, bersuasana hati baik dan penuh pengertian.
Orang tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya
maupun ikut terbawa emosi dalam menghadapi emosi remaja.
4. Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka
melepaskan diri dari orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh seperti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
1) Sekolah harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka
melepaskan diri dari orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh seperti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
1) Sekolah harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
2) Saling menghargai merupakan kunci
yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah yang timbul dalam
hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun.
3) Pola pengajaran yang demokratis
merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi guru.
5. Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu “performance” yang dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
untuk menunjang perkembangan bakat umum maupun bakat khusus terlebih supaya mencapai titik optimal dikalangan peserta didik usia sekolah menengah perlu dilakukan langkah antara lain:
1. Dikembangkan suatu situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan bakatnya dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikologis maupun fisiologis.
2. Dilakukan usaha menumbuh kembangkan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kegigihan dalam melakukan usaha dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara terpadu.
3. Dikembangkannya program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan formal (sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada pesertadidik yang memiliki bakat khusus menojol.
Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu “performance” yang dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
untuk menunjang perkembangan bakat umum maupun bakat khusus terlebih supaya mencapai titik optimal dikalangan peserta didik usia sekolah menengah perlu dilakukan langkah antara lain:
1. Dikembangkan suatu situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan bakatnya dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikologis maupun fisiologis.
2. Dilakukan usaha menumbuh kembangkan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kegigihan dalam melakukan usaha dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara terpadu.
3. Dikembangkannya program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan formal (sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada pesertadidik yang memiliki bakat khusus menojol.
6. Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan peserta didik.
Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan peserta didik.
Persoalanya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang memiliki kemampuan komunikasi
yang baik? Beberapa hal dibawah ini dapat digunakan
sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, diantaranya :
.
1. Memberi penjelasan dalam menyampaikan informasi kepada kaitan dengan iptek,hendakya :
1. Memberi penjelasan dalam menyampaikan informasi kepada kaitan dengan iptek,hendakya :
a.
Menentukan hal-hal pokoknya dan hubungannya satu sama lainnya.
b.
Memberi penjelasan yang meyakinkan artinya menerangkan hal-hal yang benar dan Memberi penjelasan
secara gamblang dan sederhana sehingga semua peserta didik
c.
Menghindari berbicara dengan bahasa yang muluk, dan
mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik.
d.
Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak jelas, tidak
pasti dan tidak tegas.
e.
Memeriksa kembali penjelasan apakah semua peserta
didik telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
2.
Mengajukan pertanyaaan
Pertanyaan yang diajukan oleh
pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu
pertanyaan “tingkat tinggi” dan
pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi
adalah pertanyaan yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan pertanyaan tingkat
rendah adalah pertanyaan yang fakta.
Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan ini adalah :
Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan ini adalah :
1)
Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik.
2)
Menempatkan pertanyaan peserta didik dalam konteks
keseluruhan bahan pelajaran.
3)
Merangsang peserta didik agar mau mengajukan pertanyaan.
4)
Merespon pertanyaan dengan baik
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan mempunyai arti suatu
proses perubahan individu yang pelaksanaannya teratur berawal dari masa
konsepsi dan berlangsung sampai akhir hayat. Sedangkan pertumbuhan merupakan
proses perubahan individu secara fisik. Perkembangan dan pertumbuhan pada diri
individu dapat diamati gejala-gejalanya. Dalam perkembangan seorang anak
berbagai proses yang saling terkait yaitu proses biologis, kognitif,
psikososial. Disetiap tahapan dalam perkembangan memang terlihat sangat spele
untuk di tinjau lebih lanjut, namun hal ini sangatlah penting terkait bagaimana
suatu tahapan dapat sangat berpengaruh pada setiap karakter, sifat, serta sikap
seorang anak kedepannya.
Dan jika menekankan pada Perkembangan kepribadian yang di
alami remaja memanglah sangat kompleks. Karena pada masa ini seseorang sedang
berusaha untuk mengenal dirinya. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan
mengalami krisis identitas atau identity
confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan
menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.
Tujuan penyusun pada makalah ini telah tercapai. Karena pada
makalah ini penyusun menjadi mempunyai pengetahuan tentang karakteristik perkembangankehidupan
manusia dimulai dari prenatal sampai lanjut usia.kepribadian pada remaja, implikasi perkembangan kepribadian
masa remaja
dalam pendidikan, dan mengenai potret remaja
masa kini.
DAFTAR PUSTAKA
http://elachem.blogspot.com/2014/04/perkembangan-peserta-didik-remaja-dan.html
No comments:
Post a Comment