Friday, November 1, 2019

Implikasi Perkembangan Remaja Dalam Pendidikan

   IMPLIKASI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA REMAJA DALAM PENDIDIKAN

Kenyataan psikologi yang selalu dipegang oleh Kurt Lewin ialah bahwa pribadi itu selalu ada dalam lingkungannya, pribadi tak dapat dipikirkan lepas dari lingkungannya. Oleh karena itu, implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan pun tidak dapat terlepas dari lingkungan remaja tersebut. Dimulai dari lingkungan keluarga sampai lingkungan masyarakat sangat memberikan andil besar dalam implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan. Jadi, apabila dalam kenyataannya terdapat ketidak selarasan dalam perkembangan kepribadian remaja yang akhirnya menjadi suatu permasalahan lingkungan pun memberikan pengaruhnya pada saat itu.
Conger (dalam Abin, 1975: 11) menegaskan bahwa pemahaman dan pemecahan masalah yang timbul pada masa remaja harus dilakukan secara interdisipliner dan antar lembaga. Meskipun demikian, pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling efektif dan strategis, karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik, khususnya para guru, banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.

Diantara usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul pada masa remaja, dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan para guru khususnya:
1.      Hendaknya seorang guru mengadakan program dan perlakuan layanan khusus bagi siswa remaja pria dan siswa remaja wanita (misalnya dalam pelajaran anatomi, fisi-ologi dan pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh para guru yang dapat me-nyelenggarakan penjelasannya dengan penuh dignity. Tujuan dari usaha tersebut ada-lah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fisik dan psikomotorik remaja.
2.      Memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang menyangkut kemampuan dasar intelektual (IQ), bakat khusus (aptitudes), disamping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersang-kutan. Terutama pada masa penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi. Upaya tersebut bertujuan untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.
3.      Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah dengan sekolah (parent teacher association) untuk saling mendekatkan dan menyela-raskan system nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya. Tujuannya adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan perilaku social, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan keagamaan.
4.      Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan kepribadian, seyogyanya seorang guru memberikan tugas-tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil ke-putusan /tindakan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan kepribadiannya.

Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian remaja:
1.      Faktor Intelektual Terhadap Penyelengaraan Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran yang penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan kondisi lingkungan yang memungkinkan berkembanganya kemampuan intelektual tersebut.
Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kondisi yaitu keamanan psikologis dan kebebasan psikologis. 
Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila:
a)      Pendidik dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannnya serta memberi kepercayaan padanya bahwa ia baik dan mampu.
b)      Pendidik mengusahakan suasana dimana peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang lain.
c)      Pendidik memberi pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi anak, dan melihat dari sudut pandang anak.
Teori Pieget mengenai perkembangan kognitif, sangat erat dan penting hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut  menunjukkkan bahwa aktivitas adalah sebagai unsur pokok dalam perkembangan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif cenderung untuk perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang minim terhadap perkembangan kognitif, termasuk didalamnya perkembangan intelektual. Model pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolah yang mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut. Proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa peserta didik untuk maju ke tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak berada di tanganya. Beberapa cara yg dapat dilakukan antara lain :
1.      Menciptakan interksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
2.      Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam bidang ilmu pengetahuan akan sangat menunjang perkembangan intelektual anak.
3.      Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup sangat penting untuk mengembangkan pola piker anak.
4.      Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik baik melalui cetak dan yang lainnya.   

2.      Faktor Fisik Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik Tetap sehat adanya jam olahraga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. 
Misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler  kelompok olahraga, bela diri dan sejenisnya.

3.      Faktor Emosional terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
 Perkembangan emosi peserta didik sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor diantaranya perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dengan teman-teman, perubahan pandangan luar (dunia luar) dan perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu, perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat di mungkinkan terjadi, bahkan di ramalkan pasti dapat terjadi.
Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya di tangani dengan sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan pendidik harus bersikap tenang, bersuasana hati baik dan penuh pengertian. Orang tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya maupun ikut terbawa emosi dalam menghadapi emosi remaja.
                                   
4.      Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
    
      Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka
melepaskan diri dari orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
    
      Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh seperti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
1) Sekolah harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
2)      Saling menghargai merupakan kunci yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah yang timbul dalam hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun.
3)   Pola pengajaran yang demokratis merupakan alternatif  yang sangat bermanfaat bagi guru.

      5.      Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
           Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu “performance” yang dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
untuk menunjang perkembangan bakat umum maupun bakat khusus terlebih supaya mencapai titik optimal dikalangan peserta didik usia sekolah menengah perlu dilakukan langkah  antara lain:
1. Dikembangkan suatu situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan bakatnya dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikologis maupun fisiologis.
2. Dilakukan usaha menumbuh kembangkan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kegigihan dalam melakukan usaha dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara terpadu.
3. Dikembangkannya program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan formal (sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada pesertadidik yang memiliki bakat khusus menojol.

      6. Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
           Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara  pendidik dengan peserta didik. 
Persoalanya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang memiliki kemampuan komunikasi  yang baik? Beberapa hal dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, diantaranya : .
1.  Memberi penjelasan dalam menyampaikan informasi kepada kaitan dengan iptek,hendakya :
a.       Menentukan hal-hal pokoknya dan hubungannya satu sama lainnya.
b.      Memberi penjelasan yang meyakinkan artinya menerangkan  hal-hal yang benar dan Memberi penjelasan secara gamblang dan sederhana sehingga semua peserta didik
c.       Menghindari berbicara dengan bahasa yang muluk, dan mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik.
d.      Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
e.       Memeriksa kembali penjelasan apakah semua peserta didik telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
      2.      Mengajukan pertanyaaan
Pertanyaan yang diajukan oleh pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan “tingkat tinggi” dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang fakta.
           Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan ini adalah :
      1)      Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik.
      2)      Menempatkan pertanyaan peserta didik dalam konteks keseluruhan bahan pelajaran.
      3)      Merangsang peserta didik agar mau mengajukan pertanyaan.
      4)      Merespon pertanyaan dengan baik

No comments:

Post a Comment